Bencana letusan Gunung Sinabung di
Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengakibatkan kerusakan lahan pertanian seluas
13.628 hektar (ha). Telah diperkirakan oleh Kementerian Pertanian (Kementan)
bahwa para petani di 14 kecamatan yang berada di wilayah sekitar erupsi
mengalami kerugian hingga Rp1,5 triliun. Komoditas pertanian yang terkena
dampak dari erupsi adalah tomat, cabai, kopi, cengkeh, kakao, tanaman pangan
dan juga buah-buahan.
Lalu apa dampak yang ditimbulkan ketika
lahan pertanian di sekitar wilayah erupsi mengalami kerusakan? Seperti yang
kita ketahui bahwa mayoritas penduduk sekitar adalah berprofesi sebagai petani
dan melakukan aktivitas bercocok tanam sepanjang tahun. Lantas, kerusakan lahan
tentu sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek di kehidupan para petani
tersebut.
Aspek Psikis
Bencana alam yang mengharuskan 22.708
jiwa mengungsikan diri secara psikis mengakibatkan rasa trauma, belum lagi efek
lain yang ditimbulkan karena harus mengungsi selama berbula-bulan dengan
ketidakpastian tentang ganti rugi dari pemerintah. Ancaman longsoran material,
guguran awan panas yang terus menerus mengancam warga sekitar menciptakan
atmosfer mencekam di Kabupaten Karo. Namun meski begitu, banyak warga yang
memaksakan diri untuk mendatangi lahan pertanian mereka yang berada di radius
yang tidak aman dikarenakan ketidakjelasan peran pemerintah dalam mengatasi
bencana alam ini sehingga warga seolah dibiarkan berlarut-larut dan didiamkan
di pengungsian tanpa adanya kepastian jaminan nasib mereka kedepannya.
Akibatnya, beberapa dari mereka tewas saat terjadi erupsi susulan.
Aspek Ekonomis
Anjloknya harga pasar, penurunan
tingkat produksi, dan ancaman tunggakan kredit adalah kenyataan pahit yang
harus dihadapi oleh petani Sinabung. Dengan kondisi dirundung duka mendalam,
rumah yang hancur, lahan pertanian yang rusak, dan kegagalan panen di depan
mata bagaimana mungkin para petani mampu untuk melunasi tunggakan kredit?
Beberapa dari mereka mengusulkan untuk pembebasan kredit seperti halnya yang
dilakukan saat bencana gempa di Yogyakarta, namun ditolak. Dan tentu saja
mereka tidak punya argumen yang cukup kuat untuk terus berontak dalam
memperjuangkan nasib, lagi-lagi petani harus menelan pil pahit.
Aspek Politik
Keterlambatan penanggulangan
bencana, kelalaian penanganan pascabencana mengakibatkan banyak isu berkembang
di masyarakat. Keadaan ini dimanfaatkan oleh oknum anggota DPR yang tidak
bertanggungjawab, memperkeruh suasana dengan mendesak Presiden untuk menjadikan
erupsi Sinabung sebagai bencana nasional. Bagaimana reaksinya? Tentu saja
ditolak mentah-mentah karena usulan ini tidak memenuhi persyaratan yang diatur
dalam UU No. 24/2007 tentang penanggulangan bencana. bencana ini masih
terkategorikan sebagai bencana alam skala kabupaten, Pemerintah Daerah Karo
dinilai masih berjalan lancar dan mampu untuk mengatasi bencana ini dibantu
oleh Pemda Sumatera Utara.
Aspek Kesehatan
Sudah dapat dibayangkan betapa
kotornya udara di sekitar zona erupsi, krisis air bersih, makanan sehat,
keterbatasan akses MCK (Mandi, cuci, kakus) dan masalah-masalah lain yang harus
dialami oleh semua pengungsi dari semua kalangan, golongan dan usia di
pengungsian.
Lantas setelah dampaknya di tinjau
dari berbagai aspek kehidupan, masihkah ada ‘kebaikan’ yang bisa diambil dari
bencana erupsi Sinabung ini? Tentu ada, dan diperuntukkan bagi kaum-kaum yang
berpikir. Ditengah kerugian yang datang bertubi-tubi menghampiri para petani
Sinabung ternyata menyimpan hikmah yang besar pula. Rusaknya lahan oleh
material erupsi, debu yang mematikan tanaman yang masih muda, dan asap vulkanik
panas yang berbahaya akan terobati oleh fakta bahwa dalam abu vulkanik
terkandung material organik dan kandungan hara yang sangat bermanfaat bagi
lahan pertanian.
Namun, keadaan lingkungan dengan
suhu yang ekstrem dan lapisan tebu yang tebal mengakibatkan tanaman tidak dapat
menyerap kandungan nutrisi tersebut dengan serta merta. Selain itu, tingkat
keasaman yang mencapai pH4,3-4,9 menunjukkan kandungan sulfur yang tinggi dan
berindikasi pada pengikatan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Lahan baru
siap digunakan setelah dibersihkan dan baiknya penanaman terus didampingi
dengan pupuk meskipun kandungan hara telah banyak dikandung oleh media tanam
yang tertutupi abu vulkanik. Solusi lain yang ditawarkan adalah dengan
melakukan hujan buatan dengan harapan upaya ini mampu untuk memulihkan
kerusakan lahan secara berangsur dan mengembalikan produktivitas lahan yang
tentu berdampak positif pada aspek ekonomi para petani. Hujan buatan dilakukan
dengan cara menyemai awan dengan menggunakan material yang higroskopik atau
mampu menyerap air, teknisnya adalah penyemaian digunakan dengan pesawat
terbang yang melepaskan flare berisi serbuk garam di dekat awan yang bersuhu
hangat sehingga proses pembentukan bulir-bulir hujan menjadi lebih intensif dan
mempercepat terjadinya hujan.
Satu lagi fakta mengejutkan yang
harus diketahui oleh para petani, bahwa abu vulkanik ini secara tidak langsung
telah berperan dalam mematikan siklus penyebaran hama penyakit tanaman.
Bagaimana bisa? Karena kesalahan yang selama ini dilakukan oleh petani adalah
seringkali menanam komoditas tanaman yang sama disemua lahan dipenjuru daerah,
hal ini tentu berakibat pada perpindahan hama penyakit dari satu lahan ke lahan
yang lain dan ini terjadi secara terus menerus karena sumber makanannya selalu tersedia.
Abu vulkanik seolah telah mengistirahatkan lahan-lahan pertanian sehingga
populasi hama penyakitpun tertekan sampai batas minimum. Solusi kedepannya,
berikan pemahaman kepada para petani agar tidak menanam komoditas tanaman yang
sejenis untuk menghindari siklus perpindahan hama penyakit seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya.
Setiap masalah tentu menimbulkan
kerusakan. Namun, bila ditelaah lebih jauh kita akan terperangah sendiri karena
kebermanfaatan yang telah didatangkan bersamaan dengannya. Erupsi Sinabung
telah memberi pelajaran yang teramat berharga bagi masyarakat sekitar yang
menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Keterbatasan pengetahuan yang
dimiliki oleh petani mengakibatkan mereka seringkali menyerah pada keadaan,
disinilah peran pemuda yang berkompeten di bidang pertanian untuk mampu
membukakan mata mereka dan berkontribusi bagi keberlangsungan sektor pertanian
di Indonesia. Semangat berkontribusi!
Berkah di balik bencana...
BalasHapusIya, trimakasih juga sudah mampir yaa
BalasHapus